Tiga hari yang lalu, aku bertemu dan mengobrol dengan temanku. Dari percakapan kami di hari itu, ada dua kalimat yang terpatri di kepalaku. Kurang lebih seperti ini: “orang punya hak untuk gak cerita” dan “niatnya ngebangun relasi yang baik, bukan ‘aing mau pacaran sama maneh’”
“orang
punya hak untuk gak cerita”
Ya,
memang benar. Maka dari itu, entah sejak kapan, aku mulai belajar untuk tidak
menanyakan hal-hal personal sebelum orangnya cerita terlebih dahulu. Meskipun
itu teman dekatku sekali pun. Bukan tidak peduli, tetapi berusaha mengurangi kekepoan akan hidup orang lain. Aku
tidak harus mengetahui segala hal yang ada di hidup temanku. Begitu pun
sebaliknya. Kalau pun aku menanyakan tentang hidup mereka, ya, yang aku tanya
hanya hidup mereka secara general. Seperti bagaimana kabar mereka akhir-akhir
ini? Adakah hal-hal yang mengganggu? Hanya hal-hal seperti itu. Jika mereka
jawab semuanya baik-baik saja padahal aku tahu ada sesuatu yang tidak baik-baik
saja, ya, aku hargai hak mereka untuk tidak bercerita. Namun, akan aku tekankan
apabila mereka butuh tempat bercerita, aku akan ada untuk mendengarkannya. Aku
tidak akan memaksa mereka bercerita, aku hanya ingin mereka tahu bahwa aku ada
untuk mereka.
“niatnya
ngebangun relasi yang baik, bukan ‘aing
mau pacaran sama maneh’”
Aku
sangat setuju dengan kalimat di atas. Aku pun merasakan perbedaannya. Di saat
aku “mengejar” seseorang dengan tujuan ‘aku harus berpacaran dengan dia’,
kemungkinan kecewanya sangat besar. Entah karena aku akhirnya tidak mendapatkan
orang tersebut atau di saat aku sudah bersatu dengan orang yang aku inginkan,
ternyata banyak hal tentang orang tersebut yang tidak dapat aku terima. Dan
apabila tujuannya seperti itu, ada kemungkinan apa yang kita rasakan akan
berubah menjadi sebuah obsesi, tanpa kita sadari. Namun, di saat aku berniat
untuk membangun hubungan baik dengan seseorang yang memang menarik untukku,
semuanya terasa lebih nyaman. Nyaman karena tidak ada keharusan bahwa aku dan
orang tersebut harus bersatu. Jika memang saling merasa nyaman untuk melangkah
ke hubungan yang lebih dari pertemanan, kami bisa menjalaninya dengan santai.
Apabila tidak ada hal-hal spesial yang terasa di antara kami, ya, sudah, toh
dari awal kami memang hanya ingin berteman baik. Tidak ada kekecewaan yang menyakitkan.
Rasanya
semakin bertambah umurku, semakin banyak obrolan-obrolan yang aku resapi dan
jadikan pembelajaran. Obrolan seperti ini seringkali membuatku berpikir
kembali, apakah pandangan hidupku sudah tepat untukku dan orang-orang di
sekitarku? Jadi, bukan hanya sekadar mengobrol untuk menghabiskan waktu. Dan hal
ini benar-benar membuatku belajar pelan-pelan merangkak menapaki tangga
pendewasaan diri satu persatu.