Dua hari kemarin rasanya aku masih sangat menikmati pencapaianku itu. Namun, di saat grup Whatsapp yang isinya teman-teman dekatku selama kuliah mulai ramai lagi, tiba-tiba aku mulai merasa takut. Kemarin malam sih aku belum sadar apa yang aku rasakan. Aku hanya tiba-tiba mulai memikirkan 'gimana ya kalau nanti aku nikah, taunya dia gak dibolehin dateng sama pacarnya'. Aku memikirkan situasi itu karena di antara aku dan salah satu temanku itu sempat ada sesuatu yang terjadi. Aku mulai merasa ketakutan, merasa tidak rela kalau temanku itu nanti tidak bisa datang. Aku benar-benar ingin semua teman-temanku hadir merasakan kebahagiaan yang aku rasakan nanti. Cukup jauh bukan imajinasiku?
Sampai di malam kemarin aku masih berpikir kalau pikiran dan perasaan itu muncul karena 'hal' yang pernah terjadi sebelumnya, tapi malam ini aku sadar. Aku sadar bahwa aku ketakutan dan sadar apa yang membuatku ketakutan. Bukan hanya karena konflik yang pernah ada di antara aku dan temanku ini saja. Melainkan perasaan terdalamku mulai menyadari, kami berlima mulai lulus satu persatu. Kami berasal dari berbagai kota yang berbeda--ada satu yang tinggal di Bandung juga sih. Artinya, saat kami sudah lulus, kami akan kembali ke kota masing-masing--sebenarnya (lagi) semenjak pandemi kami memang ada di kota masing-masing, tapi setidaknya kami masih sama-sama menjadi mahasiswa dari jurusan yang sama, memiliki kegiatan yang sama di kampus--dan akan kembali menjadi orang 'asing'. Bukan benar-benar jadi tidak saling mengenal lagi, tapi kami sudah kembali ke kehidupan masing-masing. Mungkin nanti ada yang duluan sibuk bekerja, ada yang mendalami hobinya, ada yang kuliah lagi mungkin keluar negeri, atau malah sibuk karena sudah berkeluarga. Intinya benar-benar memiliki kehidupan sendiri, tidak lagi ke mana-mana janjian, pergi bersama, melakukan ini itu bersama-sama. Aku takut menghadapi kenyataan bahwa masanya kami untuk bersama-sama mungkin akan perlahan-lahan berhenti mulai dari titik ini. Tidak berhenti berteman, tapi masa masa kami untuk sedekat ini sudah mulai berakhir. Rasanya sedih sekali ketika membayangkan kalau di masa depan kami tidak lagi sedekat sekarang, menjadi canggung terhadap satu sama lain, mereka tidak bisa hadir di waktu-waktu penting di hidupku.
Sedih, takut, dan tidak rela bercampur menjadi satu.
Aku berharap yang terbaik untuk mereka, untuk kami berlima. Aku ingin kami bahagia, sukses.. Tapi kalau aku boleh meminta, Tuhan, aku mohon supaya di kehidupan kami berlima yang aku doakan bahagia dan sukses itu masih ada kami berlima yang akrab, dekat, dan sama-sama selalu ada di setiap hal yang terjadi di hidup kami.
No comments:
Post a Comment