Aku sering sekali merasa diabaikan,
dikucilkan, tidak diapresiasi sejak kecil. Mulai dari keluarga besar Papa—yang sejujurnya
aku juga tidak tahu apa alasannya—yang kadang menunjukkan sikap seperti tidak
peduli denganku dan hanya memedulikan yang lain, ditinggal pergi, mereka main
ke suatu tempat, tapi aku tidak diajak. Apa mungkin karena aku adalah anak yang
pemalu, pendiam, dan cengeng dulu makanya mereka tidak suka padaku? Entahlah. Hanya
mereka yang tahu alasannya. Bahkan ini masih aku rasakan kira-kira sampai aku
SMP atau SMA. Kemudian aku juga pernah dijauhi oleh teman-teman TK. Ada momen-momen
di mana aku tiba-tiba diusir dari tempat duduk yang sudah aku pilih karena
mereka ingin duduk bersebelahan, ada pula momen aku dijauhi karena hal-hal yang
tidak aku lakukan. Aku ingat sekali ini perkara krayon baru temanku. Dia bilang,
‘boleh pinjem, tapi gak boleh patah, ya’. Semua teman-teman yang berada
di satu meja panjang itu meminjam krayonnya. Ketika giliranku, baru ketahuan
ada satu krayon yang patah dan aku bilang bahwa krayon itu sudah patah sejak
pertama aku pegang, bukan patah olehku. Awalnya temanku mengerti dan tidak
mempermasalahkan. Namun, tidak lama dari situ tiba-tiba mereka semua
berbisik-bisik melirik padaku dan mulai menjauhiku. Mereka menyalahkanku terus
menerus padahal sudah aku jelaskan kejadiannya seperti apa. Sepertinya ini
hanya salah satu kejadian yang pernah aku alami. Aku tidak ingat yang lainnya,
tapi aku seperti merasakan masih ada luka lainnya yang tertinggal dari masa
TK-ku. Saat duduk di bangku SD pun aku sering merasakan tiba-tiba dimusuhi,
diam-diam ditinggalkan tidak diajak main, dibicarakan tentang hal-hal yang
tidak aku lakukan—bahkan untuk hal ini pernah ada yang membicarakanku atas sesuatu
yang tidak aku lakukan dan mereka membicarakanku saat berada di meja yang sama,
hanya saja mereka berkomunikasi lewat surat. Aku diabaikan, tidak diajak
berbicara, mereka pergi ke mana-mana hanya berdua padahal aku ada benar-benar
di tengah-tengah mereka posisinya. Banyak sekali kenangan-kenangan aku ditinggalkan,
tidak diajak main, dll. Sewaktu SMP sepertinya tidak banyak momen-momen seperti
itu. Aku hanya pernah merasakan tiba-tiba disindir karena setelah sekitar seminggu
masuk sekolah, aku tiba-tiba menggunakan kacamata. Jujur konyol sekali kejadian
itu. Aku awalnya tidak sadar kalau itu menyindirku sebelum temanku yang
memberitahu karena aku memakai kacamata di hari itu bukan untuk bergaya, tapi
aku tidak bisa melihat tulisan di papan tulis dengan jelas. Entahlah, di awal
masuk SMP sepertinya temanku yang satu itu agak kurang suka denganku karena
sering menyindir ini itu, padahal kerjaanku hanya diam dan menangis di pojokan
karena aku masih malu dan takut, belum bisa beradaptasi dengan sekolah dan
teman-teman baru. Kemudian saat SMA, aku pernah berteman dekat dengan salah
satu teman laki-laki—kebetulan aku naksir juga. Kami sangat akrab. Namun, entah
mengapa dalam semalam tiba-tiba dia berubah. Ketika aku menyapanya, aku seperti
transparan, tidak nampak di depannya. Teman-teman yang lain disapa, tapi aku
tidak disapa sama sekali. Setelah bertahun-tahun baru aku tahu alasannya
mengapa dia tiba-tiba seperti itu. Ternyata ada yang cemburu akan kedekatanku
dengan dia. Itu ketika kelas 10. Ketika kelas 11, aku pernah merasa tidak diapresiasi
atas sesuatu yang telah aku “ciptakan”. Aku tidak sengaja mendengar malah teman
sekelompokku yang lain yang dipuji, padahal aku yang membuatnya. Pada saat itu
aku merasa tidak adil karena merasa harusnya aku yang mendapat apresiasi. Setelah
itu ada kejadian aku diabaikan dan dijauhi oleh teman-teman satu circle-ku
tanpa penjelasan apa-apa. Ditanya ada apa, aku punya salah apa juga mereka
berkelit bilang bahwa tidak ada apa-apa. Namun, tiba-tiba berapa bulan kemudian
aku diforum di satu ruangan bersama beberapa orang yang tidak ada sangkut
pautnya dengan masalah yang dibicarakan, yang seharusnya tidak ada di situ. Mereka
tidak menyukai beberapa sikapku, dan aku juga mengakui dan sadar memang ada
beberapa sikapku yang tanpa kusadari mengganggu untuk orang lain—beberapa yang
lain aku punya alasan sendiri dan sepertinya mereka kurang bisa memahami karena
tidak merasakan ada di posisiku. Setelah itu pun aku mulai memperbaiki diri,
memperbaiki beberapa sikapku, berusaha menjadi lebih baik agar tidak membuat
orang lain tidak nyaman. Namun, cara yang mereka lakukan masih membekas sampai
sekarang—mulai dari detik mereka menjauhi aku, mengabaikan aku, dan membuat “forum”
di tengah-tengah beberapa orang yang seharusnya tidak perlu ikut ada di situ
dengan embel-embel mengajakku main. Aku ingat sekali betapa senangnya aku di
hari itu karena akhirnya aku diajak main bersama mereka lagi setelah sekian
lama aku melihat mereka sering main bersama pergi ke sana ke mari tanpa
mengajakku (jelas, karena mereka mau membicarakanku). Haha, bahkan sampai
ketika pulang sekolah pun aku sering ditinggal sendiri tanpa pamit oleh teman yang
sering pulang bersama (rumah kami searah). Aku kegirangan mengira mereka sudah mau
bermain denganku lagi, ternyata mereka malah mempermalukanku di “forum” itu. Mungkin
niat mereka tidak untuk mempermalukanku, hanya untuk menyampaikan dan menyelesaikan
ketidaknyamanan mereka terhadapku. Namun, dengan adanya orang yang tidak berkepentingan
di sana jatuhnya jadi mempermalukan aku.
(Aku akui cerita kelas 11 ku ini aku
tulis dengan emosi yang meluap yang rasanya masih sama seperti 6 tahun yang lalu.
Entah tulisan ini akan terlihat seperti orang yang dendam atau bagaimana, yang
jelas aku hanya butuh menumpahkannya dalam tulisan karena walaupun kami
sekarang sudah berteman baik kembali semua, tapi setiap aku ingat kejadian itu
rasanya masih sangat sakit dan sangat membekas.)
Lalu, entah kenapa setiap aku
berbicara/bercerita pada teman-teman rasanya seperti tidak ada yang mendengarkan.
Ada yang setelah aku selesai berbicara dia bertanya lagi dan akhirnya aku ceritakan
ulang. Kadang mereka sering ter-distract hal lain, atau malah ada yang
di saat aku berbicara, tiba-tiba teman yang lain berbicara juga membicarakan
topik lain.
Aku rasa itu semua yang membentuk
aku yang ada di hari ini, yang ketakutan ketika orang orang mulai mengabaikan
aku, perhatiannya mulai berkurang padaku karena hal lain, ketakutan mereka akan
meninggalkan aku tiba-tiba tanpa bilang apa-apa.
Mungkin orang-orang tidak sadar
karena aku hanya diam saja. Di saat aku berusaha berbicara tapi dipotong orang
lain terus-menerus, aku hanya bisa diam, mengalah tidak jadi berbicara karena
omongan teman yang lain lebih didengar. Waktu aku coba berbicara, tapi tidak
terlalu dipedulikan juga akhirnya aku tidak menyelesakan kalimatku dan diam. Sewaktu
ada yang mulai menjauh dari aku juga aku hanya diam memperhatikan dan berpikir
kenapa orang itu tiba-tiba berubah.
Sepertinya aku ini hidup berpuluh
tahun dengan luka-luka yang tidak kusadari belum sembuh sejak aku kecil ya?