I.
Populasi dan Sampel
Menurut Sugiyono (2017: 61)
populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subhek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan menurut Firqon
(2014: 146) populasi secara formal dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek
orang atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang
sama.
Populasi bukan hanya orang, tapi
juga objek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah
yang ada pada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek yang diteliti itu
(Sugiyono, 2017: 61).
Sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila populasinya besar dan peneliti
tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan
data, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil
dari populasi itu (Sugiyono, 2017: 62). Sedangkan menurut Furqon (2014) secara
sederhana sampel berarti bagian dari satu populasi.
Sampel digunakan terutama ketika
populasi yang akan diteliti terlalu besar untuk diteliti secara keseluruhan.
Misalnya apabila kita akan meneliti motivasi pekerja di suatu negara, yang
berarti populasi adalah seluruh pekerja di negara tersebut. Tapi dengan
mengambil sampel, kita dapat meneliti topik tersebut dengan lebih hemat dan
efisien dalam hal waktu maupun tenaga.
Populasi dan sampel umumnya
dianggap sebagai kumpulan beberapa individu atau kelompok. Tapi sebenarnya
populasi tidak selalu harus terdiri dari lebih dari satu individu. Seorang
individu pun bisa menjadi sebuah populasi (Sugiyono, 2017: 62). Hal ini sering
digunakan dalam bidang kedokteran, dimana sebagian kecil dari darah seseorang
bisa menjadi sampel dalam tes darah. Hal ini berarti seluruh darah seseorang
bisa menjadi sampel dalam tes darah. Hal ini berarti seluruh darah yang ada di
dalam tubuh seseorang adalah populasi.
II.
Kritik dan Syarat Pengambilan
Sampel
Menurut Sugiyono (2017: 62) apa
yang dipelajari dari sampel, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk
populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar
representatif (mewakili). Karena nantinya dari populasi harus benar-benar dapat
mewakili populasi tersebut.
Syarat pengambilan sampel adalah
populasi harus homogen atau setidaknya memiliki satu karakteristik yang sama.
Apabila populasi heterogen, sampel tidak akan representatif.
III.
Teknik Sampling
Teknik sampling terbagi dua, yaitu probability sampling dan nonprobability sampling. Berikut adalah
penjelasan tentang teknik sampling menurut Sugiyono (2017: 63 – 68).
A. Probability Sampling
Probability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih
menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi:
1. Simple Random Sampling
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi
dilakukan secara acak tanpa memerhatikan strata yang ada di dalam populasi itu.
Cara ini dilakukan apabila anggota populasi dianggap homogen. Pengambilan
sampel acak sederhana dapat dilakukan dengan cara undian.
2. Proportionate Stratified Random
Sampling
Teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota atau unsur yang tidak homogen danberstrata secara
proporsional. Suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari latar belakang
pendidikan yang berstrata, maka populasi pegawai itu berstrata.
3. Disproportionate Stratified Random
Sampling
Teknik ini digunakan untuk menentukan
jumlah sampel, bila berstrata tapi kurang proporsional.
4. Cluster Sampling (Area
Sampling)
Teknik sampling daerah digunakan untuk
menentukan sampel bila objek yang diteliti, atau sumber data sangat luas.
Misalnya penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan
penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampel
ditetapkan secara bertahap dari wilayah yang luas (negara) sampai ke wilayah
yang terkecil (kabupaten). Setelah terpilih sampel terkecil, kemudian baru
dipilih sampel secara acak.
B. Nonprobability Sampling
Nonprobability
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih.
1. Sampling
Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang yang diberi
nomor urut 1-100. Pengambilan sampel bisa diambil dengan mengambil bilangan
genap saja, ganjil saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu.
2. Sampling
Kuota
Sampling kuota adalah teknik menentukan
sammpel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota)
yang diinginkan.
3. Sampling
Insidental
Sampling insidental adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti, dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling
Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang
kualitas makanan, maka sumber datanya adalah orang yang ahli makanan, atau
penelitian tentang kondisi politik di suatu daerah, maka sampel sumber datanya
adalah orang yang ahli politik.
5. Sampling
Total
Sampling total adalah teknik penentuan
sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan apabila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau
peneliti ingin membuat generalisasi dengan tingkat kesalahan yang sangat kecil.
Istilah lain dari sampel total adalah sense=us, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
6. Snowball
Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar. Ibarat bola salju yang
menggelinding, lama-lama akan menjadi besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama
dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa
lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang
dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang
sebelumnya. Begitu seterusnya hingga jumlah sampel semakin banyak. Snowball
sampling biasanya banyak digunakan dalam penelitian kualitatif.
IV.
Menentukan Ukuran Sampel
Tingkat ketelitian atau kepercayaan
yang dikehendaki sering tergantung pada sumber dana, waktu, dan tenaga yang
tersedia. Makin besar tingkat kesalahan, maska akan semakin kecil jumlah sampel
yang diperlakukan, dan sebaliknya, semakin kecil tingkat kesalahan, maka akan
semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan sebagai sumber data
(Sugiyono, 2017: 68 – 69).
Rumus untuk menghitung ukuran
sampel dari populasi yang tidak diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut:
contoh soal:
hitunglah jumlah sampel bila
populasi 1000 orang, tingkat kesalah 5%, dan perbedaan antara rata-rata sampel
dengan rata-rata populasi = 0,05 dengan rumus Isaac dan Michael.
Disebutkan dalam Sugiyono (2017)
Roscoe dalam buku Research Methods for Business (1982: 253) memberikan
saran-saran tentang ukuran sampel untuk penelitian seperti berikut ini:
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara
30 sampai dengan 500,
2. Bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota
sampel setiap kategori minimal 30,
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis multivariate (kolerasi atau regresi
ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali dari jumlah
variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5 (independen +
dependen), maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50,
4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang
menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota
sampel masing-masing kelompok antara lain 10 s/d 20.
No comments:
Post a Comment